I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan lahir
karena masyarakat memerlakukannya. Ilmu manajemen termasuk dalam kelompok ilmu
sosial dan juga ilmu terapan. Karena kemanfaatannya hanyalah apabila diterapkan
guna meningkatkan kehidupan manusia.
Manajemen mempunyai peranan penting dalam
kehidupan.karena manajemen merupakan salah satu untuk membentuk seseorang
menjadi lebih baik, dan manajemen juga untuk memberikan pengawasan,
pengetahuan, serta pengorganisasian, baik untuk atasan, bawahan didalam organisasi,
maupun untuk pribadinya masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.
Manajemen sangat dibutuhkan untuk bekal kita ketika kita
menjadi seorang pemimpin kelak, baik pemimpin perusahaan, oraganisasi dan
sebagainya. Konsep dasar manajemen inilah yang akan mengantarkan kita dalam
tahapan pengenalan ilmu manajemen. Pada makalah ini, akan membahas tentang
pengertian manajemen, filsafat manajemen, manajemen sebagai ilmu dan seni,
serta profesi manajemen.
Tinjauan ini diharapkan agar dapat memudahkan pembaca
dalam mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan konsep dasar ilmu
manajemen itu sendiri. Selain itu, juga diharpakan agar dapat
mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
II. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan manajemen?
2.
Bagaimanakah filsafat ilmu manajemen?
3.
Bagaimanakah manajemen disebut sebagai ilmu dan
seni?
4.
Bagaimanakah profesi manajemen?
III. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Manajemen
Dilihat dari asal katanya, kata manajemen atau management dalam
Bahasa Inggris berasal dari kata Italia, maneggiare yang kurang lebih
berarti menangani atau to handle
serta kata to manage yang artinya mengatur.
Istilah Manajemen (management) telah
diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya
pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketata laksanaan, kepemimipinan, pemimpin,
ketata pengurusan, administrasi, dan sebagainya. Dalam bahasa latin ada kata
yang punya pengertian yang hampir sama yakni manus yang artinya tangan atau menangani. Manajemen itu merupakan
suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Manajemen adalah
suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya
adalah “managing” –pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manajer atau
pengelola. Pada hakikatnya, tugas seorang manajer adalah menggunakan usaha para
bawahan secara berdayaguna.[1]
James A.F Stoner dan Charles Wankel
(1986: 4). Management is the process of
planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organization
members and of using all other organizational resources to achieve stated
organizational goals (manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
penggunaan seluruh sumber daya organisasi lannya demi tercapainya tujuan
organisasi).[2]
Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.[3]
Pada
dasarnya kesemuanya mengandung unsur-unsur pokok yang sama, yaitu:
a.
Manajemen mempunyai suatu tujuan
tertentu yang hendak dicapai.
b.
Manajemen tidak melakukan sendiri
pekerjaan-pekerjaan tertentu, tetapi lewat kegiatan orang lain, artinya dalam
mencapai tujuan ia menyuruh orang lain bekerja dan berusaha untuknya.
c.
Manajemen harus mengetahui
bagaimana memimpin dengan tepat.
Manajemen
adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk
mencapai tujuan.
2.
Filsafat
Ilmu Manajemen
Pengertian
filsafat secara umum sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
Menurut Moekijat filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang
menjelaskan gejala tertentu dan memberikan serangkaian prinsip untuk memecahkan
permasalahan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Filsafat adalah petunjuk utama yang menggaris bawahi semua tindakan
dari seorang manager.
Filsafat manajemen adalah bagian yang terpenting dari pengetahuan dan
kepercayaan yang memberikan dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan
permasalahan manajerial. Seorang manajer memerlukan kepercayaan dan nilai yang
pokok untuk memberi petunjuk
yang sesuai dan dapat dipercaya guna menyelesaikan pekerjaan. Filsafat
manajemen amat berguna bagi seseorang guna untuk memperoleh bantuan dan
pengikut. Dalam filsafat manajemen
terkandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan keberadaan, identitas, dan
implikasinya.
Menurut Davis dan Filley dalam ukas (1978) terdapat faktor-faktor
dasar dalam filsafat manajemen yang diperlukan dan memiliki hubungan saling
ketergantungan satu sama lain dalam suatu tujuan. Faktor-faktor dasar tersebut
antara lain:
a.
Kepentingan umum
Hal ini di maksudkan bahwa dalam
penyelenggaraan suatu organisasi harus terlihat adanya cerminan deskripsi sebagai kepentingan.
b.
Tujuan usaha
Tujuan usaha adalah perwujudan aktifitas yang spesifik dari organisasi.
c.
Pimpinan pelaksana
Pimpinan pelaksana adalah individu yang diberi
kepercayaan untuk memimpin suatu usaha dengan menggunakan otoritas yang telah
di berikan kepadanya
d.
Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan atau ketentuan
umum yang menuntun atau menyalurkan pemikiran menjadi pengambilan keputusan
oleh bawahan.
e.
Fungsi
Fungsi adalah aktivitas yang berhubungan
dengan tujuan yang akan di capai.
f.
Faktor dasar
Faktor
dasar meliputi faktor-faktor produksi asli atau turunan baik berupa alam, tenaga, dan
modal.
g.
Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah saluran yang menunjukkan hubungan kerja
antara manajer dan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan yang di sertai dengan otoritas dan
tanggung jawab serta kesanggupan untuk tanggung gugat/mempertanggung jawabkan (accountability).
h.
Prosedur
Prosedur adalah tahapan tindakan yang harus di
tempuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu yang harus di selesaikan
oleh suatu pekerja yang bertanggung jawab.
i.
Moral kerja
Moral kerja adalah kondisi mental dari
individu atau kelompok yang menentukan sikap bawahan dalam menerima pekerjaan dan
mengoperasikanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan akhir.
Faktor-faktor dasar di atas dapat
digunakan sebagai daftar pengecek terhadap analisis aktivitas yang menjadi
norma tindakan dan aktivitas manajemen.[4]
3.
Manajemen
sebagai Ilmu dan Seni
Manajemen adalah ilmu
pengetahuan dan seni. Manajemen suatu ilmu akan ada suatu pertumbuhan yang
teratur mengenai manajemen. Pada umumnya ada penelitian yang kemudian
disesuaikan dengan pengetahuan baru. Sedangkan seni dalam manajemen menghendaki
kreativitas dalam melakukan kegiatan manajemen. Antara ilmu pengetahuan dan
seni harus memiliki keseimbangan antara keduanya. Jika yang satu meningkat,
maka yang lain juga harus meningkat.
a.
Manajemen sebagai Ilmu
Saat ini ilmu manajemen telah mendapat pengakuan
dunia. Namun, dimasa antara perang dunia I dan II, ditolak diajarkan dan tidak
diakui di Hindia Belanda. Hal ini karena didasarkan pada penafsiran ilmu
pengetahuan dimana sebagian negara-negara, orang masih curiga dan ragu-ragu
untuk menjajarkannya di sebelah ilmu filsafat yang menurut ahli cendekia,
adalah ilmu yang tertua, dan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu alam, ilmu pasti,
ilmu kedokteran, dan sebagainya. Selain itu, juga karena berdasarkan
pertimbangan-pertimbanagan politis-ekonomis. Karena sebagai suatu profesi,
manajemen menghendaki suatu masyarakat yang makmur, maju, dan dinamis. Apa yang
diajarkannya, pernah diberi nama sebagai “scientific organization of labour”,
atau penyusun tenaga kerja yang keilmuan.
Pernah pula dinamakan ilmu rasionalisasi. Hal ini
berhubungan dengan Taylorism atau sistem Taylor yang telah memajukan
rasionalisasi daripada gerak si pekerja, hingga seolah-olah ia berusaha keras
mengambil tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Pandangan orang yang tidak
mengetahui seluk beluk sistem Taylor, dan memandang semata-mata hanya untuk
menyuruh para pekerja untuk bekerja lebih keras dan lebih banyak. Tetapi mereka
yang mengetahui seluk beluk sistem Taylor, timbul gerakan Stakhanov
(Stakhanovism) di Soviet, Rusia. Gerakan ini dimulai tahun 1935, oleh seorang
wartawan Alexei Stakhanov, yang dengan jalan rasionalisasinya dapat
mempertinggi produksi menambang batu bara dengan sangat hebat. Dengan begitu,
maka terpendamlah kecaman dan gugatan kepada Taylor dan sistemnya. Manajemen
adalah suatu ilmu pengetahuan dan tidak ada sangkut pautnya dengan politik,
apalagi politik yang yang hendak mengambil tenaga kerja sebanyak-banyaknya.[5]
Pada mulanya manajemen belum dapat dikatakan
sebagai ilmu, karena ilmu harus terdiri dari konsep-konsep yang secara
sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang menjadi dan membuktikan
ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah dipelajari selama beberapa zaman,
manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang pengetahuan karena memiliki
serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif.
Selain itu, manajemen dianggap sebagai ilmu pengetahuan karena telah dipelajari
sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan
di dalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini
selanjutnya diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam
bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori. Luter Gulick
memandang manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja. Manajemen memiliki peran
penting untuk kemajuan organisasi, bukan hanya baik dalam dunia bisnis, tetapi
juga baik untuk negara maupun pendidikan.[6]
Prof. Dr. J.
Panglaikim dan Drs. Hazil Tanzil menjelaskan dalam bukunya “Manajemen Suatu
Pengantar” bahwa manajemen telah diakui oleh negara-negara maju, sebagai cabang
ilmu pengetahuan yang baru dari sosiologi dalam abad ke-20 ini.
Drs. Onang Uchjana
Effendy M.A. dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik” mengemukakan
bahwa suatu ilmu akan memperoleh pengakuan sebagai ilmu pengetahuan apabila
persyaratannya dipenuhi. Persyaratannya yaitu:
1)
Rasional, sifat kegiatan pemikiran secara tersusun
dan sistematis.
2)
Empiris, berdasarkan fakta.
3)
Sifat umum, dipelajari dan diajarkan secara terbuka.
4)
Bersifat akumulatif, pengumpulan pengetahuan.
5)
Universal dan harus jelas objeknya.
Objeknya:
manusia dan masyarakat. Universal artinya dimana saja tidak ada yang
menyangkal.[7]
Jadi,
manajemen sebagai suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi.
b.
Manajemen
sebagai Seni
Sebelum manajemen diakui menjadi ilmu
yang berdiri sendiri, ia hanyalah merupakan seni yang dalam perkembangannya
sangat dipengaruhi oleh perkembangan masyarakatnya.
Menurut Mary Parker
Follet (stoner, 1986) manajemen sebagai seni untuk melakasanakan pekerjaan melalui
orang-orang (The art of getting things
done through people). Manajemen sebagai suatu seni, di sini memandang bahwa
di dalam mencapai suatu tujuan di perlukan kerja sama dengan orang lain. Pada
hakikatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah managing (mengatur) dan untuk
mengatur, disini diperlukan suatu seni.[8]
Manajemen
sebagai suatu seni bukan diartikan seni dalam arti formal yang biasa
dihubungkan dengan seni musik, sastra, tari, drama, patung, lukis, dan
sebagainya. Yang dimaksud seni disini adalah seni dalam pengertian lebih luas
dan umum, yaitu merupakan keahlian, kemahiran, kemampuan, serta keterampilan
dalam menerapkan prinsip, metode, dan teknik dalam menggunakan sumberdaya
manusia dan sumberdaya alam (human and natural resources) secara efektif dan
efesien untuk mencapai tujuan.[9]
Artinya
dalam manajemen orang yang mengatur, mengawasi, atau memimpin organisasi
seseorang mempunyai karakter, sikap, dan jiwa kepemimpinan dalam suatu
perusahan atau organisasi terhadap bahwahannya berbeda-beda. Jadi, manajemen diartikan
sebagai seni yaitu manajemen dilihat dari orang yang melakukannya, dan orang
itu mempunyai kebebasan untuk melakukan apa saja yang dia inginkan didalam
peranan manajamen.dengan tujuan agar cita-cita dan harapannya tercapai dengan
baik.
G.R
Terry ( 1975: 79 ) mengatakan, secara esensial seorang manajer adalah seorang
ilmuan dan seorang seniman. Ia memerlukan suatu pengetahuan yang disusun
menurut sistem yang memberikan kebenaran-kebenaran pokok yang dapat digunakan
dalam mengoperasikan pekerjaannya.
4. Profesi
Manajemen
Jika kita
melihat negara Rusia, maka para manajerlah yang melaksanakan rencana-rencana
negara diberbagai bidang dan mereka diberikan fasilitas yang sangat lengkap.
Mereka diberi bonus yang lebih besar daripada pekerja biasa. Dengan adanya
fasilitas dan bonus yang sangat hebat, mereka didorong untuk bekerja keras.
Mereka yang bisa mencapai rencana dengan baik, akan diberi bonus yang lebih
hebat lagi. Pada pokoknya, manajer di Rusia diberikan tempat yang tinggi dan
mereka merupakan golongan elite.
Jika melihat
keadaan di Amerika Serikat maka tampak suatu pemisahan antara pemegang saham
dan para manajer yang memimpin perusahaan-perusahaan itu. Ada perusahaan besar
yang pemegang sahamnya terdiri dari ratusan ribu orang, sehingga rapat-rapat pemegang saham umumnya diselenggarakan dalam
suatu stadion, karena banyaknya pemilik itu. Di Amerika juga menganggap bahwa
manajer-manajer merupakan kalangan elite. Hal ini juga karena adanya bonus
disertai dengan kedudukan yang strategis.
Dilihat dari
kedua negara tersebut, maka sudah jelas bahwa manajemen merupakan suatu
profesi.
Dalam buku Management in the Industrial World oleh
Harbison-Myers, mengatakan bahwa ada tiga tipe “managerial elite”, yaitu:
a.
Patrimonial management
Ini terjadi apabila perusahaan dimiliki
oleh anggota-anggota suatu keluarga, dimana kedudukan-kedudukan yang penting
dari organisasi tersebut berada dalam anggota-anggota keluarga tersebut.
b.
Political management
Political
management adalah suatu bentuk dimana kedudukan-kedudukan penting dan pokok
dalam organisasi dipegang oleh mereka yang mempunyai hubungan-hubungan politik.
c.
Professional management
Tipe
ini bukanlah didasarkan atas hubungan keluarga atau partai politik. Pemberian
kedudukan di sini didasarkan atas kapasitas, kesanggupan, keahlian, atau dengan
perkataan lain atas dasar jasa dan hasil mereka berikan dalam memperkembangkan
suatu organisasi atau usaha.[10]
Di zaman modern ini semua jenis kegiatan
selalu harus dimanajemeni, dalam arti aturan yang jelas. Pada saat ini boleh di
katakan bahwa bidang manajemen sudah merupakan suatu profesi bagi ahlinya.
Mengapa demikian, karena dalam kegiatan apapun pekerjaan harus dikerjakan
secara efisien dan efektif, sehingga di peroleh masukan atau input yang besar.
a.
IV. KESIMPULAN
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah
suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing,
sedang pelaksananya disebut manajer. Pada hakikatnya, tugas seorang manajer
adalah menggunakan usaha para bawahan secara berdayaguna.
Filsafat adalah
petunjuk utama yang menggaris bawahi semua tindakan dari seorang manager. Filsafat manajemen
adalah bagian yang terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan
dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan permasalahan manajerial.
Secara
esensial seorang manajer adalah seorang ilmuan dan seorang seniman. Ia
memerlukan suatu pengetahuan yang disusun menurut sistem yang memberikan
kebenaran-kebenaran pokok yang dapat digunakan dalam mengoperasikan
pekerjaannya.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Panglaykim dan Hazil, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1981
Siswanto,
Pengantar Manajemen, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005
Terry, George R. dan Leslie W. Rue, Dasar-dasar
Manajemen, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992
Zuhri,
Menejemen (Beberapa Masalah Pokok),
Semarang, 1987
[1] George R. Terry dan
Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 1992, hlm. 1
[2] Dr. H. B. Siswanto,
M. Si., Pengantar Manajemen, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005, hlm. 2
[4] Dr. H. B. Siswanto,
M. Si., Pengantar Manajemen, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005, hlm. 5-6
[5]
Dr.
Panglaykim dan Drs. Hazil, Manajemen
Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981 ,hlm. 15-17
[7]
Drs. H. Zuhri I.M., Menejemen (Beberapa
Masalah Pokok), Semarang, 1987, hlm. 39-41
[9] Dr. H. B. Siswanto,
M. Si., Pengantar Manajemen, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005, hlm. 9
[10] Dr. Panglaykim dan Drs.
Hazil, Manajemen Suatu Pengantar,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981 ,hlm. 17-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar